[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

“ELDERLY ABUSE” IRONI DI TENGAH MODERNISASI DAN DIGITALISASI Oleh : Diyono, S.Kep.,Ns.,M.Kes Dosen Sekolah Tingi Ilmu Kesehatan Panti Kosala/Mahasiswa Program Studi Doktor (S3) Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat  Minat Utama Promosi Kesehatan Sekolah Paskasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta  

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

 

 

 

 

 

Selama 77 tahun setelah kemerdekaan, pembangunan negara Indonesia terus menunjukkan hasil yang sangat bermakna. Salah satu indikator pencapaian keberhasilan pembangunan adalah pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus meningkat. Jika pada tahun 2010 nilai IPM 66,53 maka pada tahun 2022 telah mencapai 72,29. Khusus pada bidang kesehatan Data IPM Indonesia tahun 2021 terkait umur harapan hidup adalah 72,29 naik 0,49 dari tahun 2020, yang turun 0,003 sebagai dampak pandemi COVID-19. Namun demikian, walaupun secara kuantitatif jumlah lansia akan terus meningkat, ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualitas kesejahteraan lansia yang disebabkan karena lansia mengalami masalah kesehatan dan menjadi beban bagi negara (Kemenkes RI., 2021). Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Kondisi tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan orang lain, atau Perawatan Jangka Panjang / Long term care  dan tidak jarang menjadi faktor risiko kekerasan pada lansia atau Elderly Abuse (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018) 

Hal tersebut tentunya menjadi sebuah ironi, karena ditengah semakin  bertambahnya jumlah penduduk lansia yang pada tahun 2021 mencapai 30,16 juta jiwa atau 11,01% dari total penduduk Indonesia namun secara kualitas masih banyak lansia yang belum merasa bahagia di usia tua. Modernisasi yang terus dipacu secara cepat oleh pemerintah tidak dapat diikuti oleh golongan lansia dengan segala keterbatasanya. Di sisi lain kecepatan pembangunan sistem informasi dan digitalisasi pada semua sektor baik ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan juga sangat sulit terkejar oleh kelompok lansia. Dampak negatif dari modernisasi ini semakin terasa dengan berubahnya sistem sosial yang ada dimasyarakat. Kebersamaan fisik orang tua dengan anak cucu dalam bentuk kumpul dengan keluarga sudah tergantikan dengan sistem media sosial (WA, FB,IG dsb). Banyak anak dan cucu yang terjangkit penyakit “phubbing” yaitu perilaku seseorang yang asyik dengan gadget ketika berhadapan dengan orang lain atau sedang berada di dalam pertemuan, telah menggerus kepedulian anak terhadap lansia (kakek nenek). Selain itu kesibukan anak usia sekolah untuk mengejar prestasi demi modernisasi, kesibukan keluarga untuk mengejar ekonomi sebagai implikasi modernisasi sering membuat para orang tua (kakek nenek) kita terabaikan, sehingga secara tidak sadar keluarga telah melakukan abuse kepada orang tua (kakek/nenek). Banyak cucu yang tidak lagi senang mendengar dongeng dan cerita dari kakek nenek, karena lebih sibuk dengan gadget yang membuat kakek nenek menjadi kesepian, walaupun dalam kebersamaan di keluarga. Elderly Abuse juga disebut Elderly Mistreatment didefinisikan sebagai tindakan tunggal ataupun berulang yang tidak tepat dalam hubungan apapun yang menyebabkan kerugian dan atau penderitaan pada orang dengan umur di atas 60 tahun yang dapat berupa pelecehan fisik, seksual, psikologis/emosional dan keuangan, pengabaian dan penelantaran, serta kehilangan martabat dan rasa hormat yang serius (WHO, 2022b). Abuse yang dialami oleh lansia ini dapatlah diartikan sebagai pelecehan, penyalahgunaan, penipuan, perlakuan salah, kekerasan, kurang perhatian sehingga lansia mengalami cidera, atau tindakan tidak menyenangkan lainnya yang dialami lansia (Lachs & Pillemer, 2012). WHO mencatat prevalensi elder abuse relatif cukup tinggi. Sebuah tinjauan tahun 2017 terhadap 52 studi di 28 negara dari berbagai wilayah memperkirakan bahwa selama setahun terakhir 1 dari 6 orang (15,7%) berusia 60 tahun ke atas menjadi sasaran beberapa bentuk kekerasan dan pengabaian (WHO, 2022a).

Penelitian atau laporan elderly abuse di Indonesia relatif masih sangat sedikit. Belum ada data akurat mengenai kasus elderly mistreatment (Madina & Dwimartutie, 2017) (Probosiwi & Suryani, 2022). Pandemi COVID-19 yang melanda dunia secara signifikan juga berpengaruh terhadap kualitas kehidupan lansia. Kondisi ekonomi yang menurun membuat daya beli masyarakat terutama pada lansia yang sudah miskin sebelum pandemi, serta mereka yang rentan yang dikhawatirkan bisa jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Kondisi ini membuat banyak lansia yang tidak terperhatikan baik oleh keluarga maupun juga pemerintah. Banyak lansia yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan kemudian menjadi beban bagi keluarga yang juga mengalami penurunan pendapatan. Akibatnya kekerasan dan pengabaian terhadap lansia semakin meningkat sehingga memunculkan masalah yang juga tidak kalah kompleks yaitu Elderly Abuse (Adiutomo, 2021).  

Tepat pada tanggal 10 Nopember yang diperingati sebagai hari pahlawan berita Jawa Pos.com menyebutkan ada 26,1 juta lansia Indonesia yang alami kekerasan ekonomi sampai kekerasan seksual. Jika misalnya dilakukan komparasi dengan total jumlah lansia tahun 2021 yaitu 30,16 juta, maka 86,53 % lansia Indonesia mengalami elderly abuse. Data ini tentunya menjadi sangat ironis bagi sebuah bangsa yang sangat menghargai pahlawan. Karena sesungguhnya kelompok lansia yang ada pada saat ini, mereka lah juga yang pada 30 atau 50 tahun yang lalu ikut kerja keras membangun bangsa. Jika diambil secara khusus, keberhasilan dan kesuksesan para anak, remaja, pengusaha, dosen, perawat, dokter, dll yang saat ini masih muda, sangat produktif, menguasai sistim digital, dan sangat modern tidak lain karena jasa para orang tua mereka. Tetesan keringat, darah, dan air mata dari para orang tua kita, dengan bekerja keras membanting tulang, memeras otak dan otot itulah yang membuat kita dan generasi sekarang menjadi seperti ini.  Namun jika hal itu tidak menjadi perhatian, maka para orang tua kita yang tidak dapat mengikuti kecepatan pembangunan, modernisasi, dan digitalisasi, secara tidak sadar akan membuat mereka menjadi kelompok yang terpinggirkan (undevelopment dan marginal). Banyak lansia yang kemudian harus tersisih dan terasing bahkan di dalam keluarganya sendiri, baik di rumah ataupun di panti jompo. Tentunya ini patut menjadi renungan bagi seluruh generasi anak penerus bangsa. Karena para orang tua kita dan kelompok lansia saat ini sesunggunhya mereka juga adalah “Pahlawan dan Teladan kita”.

 

REFERENSI

Adiutomo, S. M. (2021). Voluntary National Review ( VNR ) On The Implementation Of The 2030 Sdgs In The Impacts Of Covid-19 Pandemic In Indonesia The Inclusion Of Older Persons. June. https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/15826Bangladesh.pdf

Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia.

Lachs, M. S., & Pillemer, K. (2012). Elder abuse. Lancet, 364(9441), 1263–1272. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(04)17144-4

Madina, U. U., & Dwimartutie, N. (2017). Salah Perlakuan terhadap Orang Tua: Faktor Risiko dan Tatalaksana. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 3(1), 52. https://doi.org/10.7454/jpdi.v3i1.8

Ministry of Health of the Republic of Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Probosiwi, R., & Suryani. (2022). Analisis Risiko Elder Abuse dan Peran Pemerintah dalam Perlindungan Sosial Lansia Elder Abuse Risk Analysis and the Role of Government in Social Protection for the Elderly Pendahuluan. 13(1), 89–104.

WHO. (2022a). Abuse of older people. June. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/abuse-of-older-people

WHO. (2022b). Tackling abuse of older people. http://apps.who.int/bookorders.

Yon, Y., Mikton, C. R., Gassoumis, Z. D., & Wilber, K. H. (2017). Elder abuse prevalence in community settings: a systematic review and meta-analysis. The Lancet Global Health, 5(2), e147–e156. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(17)30006-2

 

[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply