[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

Pendiri EWRC Indonesia Eko Wiratno Hadiri Ulang Tahun IKAPI ke 75 di Sleman : Momentum Tepat Jogja Menjadi Ibu Kota Buku Dunia

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

 

YOGYAKARTA(Jaringan Arwira Media Group)-  Dikenal sebagai kota budaya dan kota pelajar, kini Yogyakarta bersiap melangkah lebih jauh: menjadi Ibu Kota Buku Dunia. Dalam talkshow “Jogja Menuju Ibu Kota Buku Dunia”, Paniradya Pati Kaistimewan bersama para pegiat literasi, penerbit, dan masyarakat berbagi visi tentang ekosistem buku yang menginspirasi dunia. Momen ini sekaligus merayakan 75 tahun IKAPI, Hari Buku Nasional, dan HUT Perpustakaan Nasional RI sebagai pengingat bahwa buku adalah jembatan peradaban.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tengah mempersiapkan langkah strategis untuk mengajukan Jogja sebagai World Book Capital atau Ibu Kota Buku Dunia versi UNESCO. Wacana ini pertama kali mengemuka pada pelaksanaan Jogja Book Fair, September 2024, dan kini telah ditindaklanjuti dengan pembentukan tim kecil pengawal proses pengajuan.

“Kami sebenarnya ditantang, selain bikin event Book Fair, kira-kira ada pencapaian apa yang ingin bisa dilakukan. Nah, kemudian munculah alternatif itu: bagaimana kalau Ibu Kota Buku Dunia versi UNESCO,” ujar Ketua IKAPI DIY, Wawan Arif,SS saat talkshow ‘Jogja Menuju Ibu Kota Buku Dunia’ di Akademi Bahagia EA, Sleman, yang didukung Paniradya Kaistimewan, Sabtu (17/05/2025).

Wawan menyebut, meski proses seleksi UNESCO sangat kompetitif dan mempertimbangkan faktor geografis, semangat menjadikan Jogja sebagai kota literasi bertaraf internasional sudah didukung banyak pihak. “Dari IKAPI, teman-teman penerbit, bahkan dari DPAD dan perwakilan pemerintah daerah, kita sudah bersepakat ini akan segera kita proses. Nanti ada tim kecil yang mengawal ini. Sudah dibentuk,” imbuhnya.

Ia meyakini, jika Jogja berhasil meraih status Ibu Kota Buku Dunia, dampaknya akan signifikan terhadap ekosistem literasi lokal maupun internasional. “Dengan Jogja dinyatakan sebagai Ibu Kota Buku Dunia, pasti akan ada atensi internasional yang beralih ke Jogja. Kesempatan untuk karya penulis lokal dijual ke luar negeri juga lebih terbuka,” ucap Wawan.

Sementara itu Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho menyatakan, “Paniradya Kaistimewaan sebagai perencana akan menunggu rancangan dari OPD terkait agar bisa membantu mewujudkan proses ini,” ujar Aris Eko.

Ia juga menekankan pentingnya memulai proses ini sesegera mungkin, mengingat pengalaman sebelumnya dalam memperjuangkan pengakuan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia yang memakan waktu hingga satu dekade.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, Kurniawan SSos MEcDev, turut menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Pihaknya kini terus mendorong keterlibatan publik melalui program-program inklusif di Perpustakaan DIY, termasuk penyediaan ruang diskusi terbuka bagi komunitas. “Kami ingin Perpustakaan menjadi rumah bersama bagi siapa pun yang peduli terhadap literasi,” katanya.

Dukungan akademisi juga mengalir dari Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada, Dr Arie Sudjito, yang hadir dalam talkshow tersebut. Ia mengapresiasi upaya ini dan menyoroti peran penting buku sebagai penyeimbang di tengah derasnya arus informasi digital. “Buku memiliki kekuatan untuk melakukan detoksifikasi informasi dengan kedalaman pengetahuan yang diberikannya,” jelas Arie.

Pendiri EWRC Indonesia Eko Wiratno asal Klaten yang juga hadir dalam acara tersebut siap mendukung Jogja sebagai Ibu Kota Buku Dunia, karena ini momen yang pas dan tepat. “Survei Perpusnas RI Kota Jogja menempati urutan pertama kota paling gemar membaca selama dua tahun berturut-turut (2023 dan 2024). Skor Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) Jogja tahun 2024 hampir menyentuh angka 8, yaitu 79,99. Adapun dalam survei Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) tahun 2024, Jogja mencatatkan skor 86.3400, peringkat kedua setelah Sulawesi Selatan. Jika TGM merupakan survei terhadap aktivitas membaca, IPLM adalah survei tentang infrastruktur dan layanan perpustakaan Jogja sudah layak jadi Ibu Kota Buku Dunia”, Ujar Eko Wiratno.(**)

[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply