IMPOR BAGAIKAN DONGENG BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH, Oleh: Dr. Anindhyta Budiarti, S.E., M.M
Impor adalah kegiatan pembelian barang dari luar negeri yang dilakukan oleh pelaku bisnis yang biasa disebut importir. Impor yang selalu dianggap membawa dampak buruk bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Banyak hal positif yang bisa diambil dalam melakukan kegiatan impor, misalnya kita bisa mengenal budaya suatu negara, sistem perekonomian suatu negara, produk-produk dari negara lain. Selain itu juga pemerintah menjalin hubungan kerja sama dalam perdagangan internasional dan sekaligus mempromosikan hasil produksi yang dihasilkan pelaku usaha di dalam negeri.
Suatu negara melakukan kegiatan impor disebabkan beberapa faktor yang cukup mempengaruhi, diantaranya adalah tidak tersedianya bahan baku untuk memproduksi dalam negeri yang nantinya untuk tujuan ekspor, contohnya kebutuhan akan textile seperti untuk membuat sebuah songkok UMKM dari kota Gresik harus impor bahan baku utama kain bludru dengan harga murah dan kualitas bagus dari negara China, supaya menghasilkan produk yang bisa di ekspor. Selain itu juga negara kita juga membutuhkan pasokan bijih plastik, karena di Indonesia belum tersedia bijih plastik.
Mahalnya biaya produksi dalam negeri yang berdampak harga jual barang lebih mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat,saat ini banyak perusahaan manufaktur yang melakukan kegiatan impor pembelian barang jadi dan diberi label di dalam negeri atau mengimpor barang setengah jadi kemudian dirakit di dalam negeri. Dengan cara membeli produk jadi atau produk rakitan bisa memberi keuntungan bagi produsen atau pelaku usaha dengan biaya yang tidak mahal, dan konsumen memperoleh produk yang diinginkan dengan harga terjangkau.
Alasan terakhir kurangnya pasokan kebutuhan dalam negeri, jadi produk yang tersedia tidak bisa tercukupi. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut pemerintah harus melakukan kegiatan impor. Kebutuhan akan garam dan kedelai di indonesia belum tercukupi untuk sektor industri. Kebutuhan garam untuk penggerak mesin industri di Indonesia tidak terpenuhi karena kadar garam penggerak mesin hanya tersedia di daerah Papua. Sedangkan produksi garam di Papua tidak tersedia cukup banyak. Sedangkan kebutuhan kedelai untuk bahan baku pakanan ternak di Indonesia tidak bisa terpenuhi, karena kedelai yang ada di Indonesia hanya cukup untuk kebutuhan pangan manusia sebagai bahan baku makanan olahan.
Bisa dikatakan kegiatan impor di Indonesia lebih banyak untuk kebutuhan produksi daripada untuk kebutuhan konsumtifnya. Karena pemerintah Indonesia khususnya dari kementerian keuangan memberikan fasilitas KITE (Ketentuan Impor Tujuan Ekspor) bagi para pelaku usaha yang melakukan impor bahan baku untuk diekspor kembali pembebasan bea masuk, PPN serta PPnBM terutang tidak dipungut, termasuk bahan pengemas maupun mesin untuk keperluan pengolahan barang yang akan diekspor .
Nilai impor Indonesia April 2023 mencapai US$15,35 miliar, turun 25,45 persen dibandingkan Maret 2023 atau turun 22,32 persen dibandingkan April 2022. Sedangkan Nilai ekspor Indonesia April 2023 mencapai US$19,29 miliar atau turun 17,62 persen dibanding ekspor Maret 2023. Dibanding April 2022 nilai ekspor turun sebesar 29,40 persen. Data ini berdasarkan hasil dari Badan Pusat Statistik (BPS), bisa dilihat bahwa nilai impor dan nilai ekspor di Indonesia tidak berbeda jauh. Meskipun mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2022, dikarenakan banyak peraturan dan kebijakan dari pemerintah Indonesia.
Pada April 2023, nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 17,62 persen secara bulanan. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor komoditas logam mulia dan perhiasan/permata dan bahan bakar mineral. Sejalan dengan penurunan ekspor, nilai impor Indonesia pada April 2023 juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 25,45 persen (m-to-m). Penurunan nilai impor tersebut lebih dalam daripada penurunan ekspor. Penurunan nilai Impor utamanya disebabkan oleh impor barang modal yang mengalami penurunan sebesar 36,66 persen. Pada April 2023, neraca perdagangan barang Indonesia menggenapkan tren surplus dalam tiga tahun (atau 36 bulan) berturut-turut. Surplus neraca perdagangan pada April 2023 senilai US$3,94 miliar. Surplus neraca perdagangan April 2023 yang lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya terjadi di tengah penurunan nilai impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan nilai ekspor.
Dilihat dari data tersebut tidaklah benar kalau impor di Indonesia lebih tinggi dari ekspor di Indonesia. Karena indonesia merupakan negara pengimpor untuk kebutuhan produksi dalam negeri yang lebih dominan, bukan untuk kebutuhan konsumtif. Jadi kondisi ini bisa kita kaitkan seperti dongeng rakyat di Indonesia yaitu, cerita bawang merah dan bawang putih. Seolah-olah kegiatan impor berperan sebagai bawang merah jahat dan tidak bermoral, sedangkan kegiatan ekspor berperan sebagai bawah putih yang selalu merasa teraniaya. Justru dari data Balai Pusat Statistik (BPS) nilai impor turun, nilai ekspor juga mengalami penurunan(**).