Eko Wiratno(Pendiri EWRC Indonesia) : Merdeka dari Hutang, Merdeka yang Hakiki
Delapan puluh tahun sudah Indonesia merdeka. Peringatan HUT RI ke-80 pada tahun 2025 ini bukan hanya menjadi perayaan atas panjangnya perjalanan bangsa, melainkan juga momentum untuk merenungkan ulang: apakah kita sudah benar-benar merdeka dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat?
Jika dulu bangsa ini berjuang untuk bebas dari belenggu kolonialisme, maka hari ini banyak dari kita masih berjuang menghadapi bentuk penjajahan modern bernama hutang. Hutang memang sering hadir sebagai “penolong cepat” untuk memenuhi kebutuhan. Namun tanpa kesadaran dan pengelolaan yang bijak, hutang berubah menjadi jerat yang mengekang kebebasan. Rasa tenang hilang, produktivitas terganggu, bahkan keharmonisan keluarga bisa terkikis oleh tekanan finansial.
Merdeka sejati seharusnya bukan hanya terbebas dari belenggu politik dan militer, tetapi juga dari belenggu ekonomi yang membuat kita tak berdaya. Inilah saatnya kita menghayati kembali makna kemerdekaan sebagaimana diwariskan oleh para pendiri bangsa: keberanian untuk berdiri di atas kaki sendiri, mengandalkan kemampuan, dan berjuang dengan keringat sendiri.
Sebagaimana para pahlawan tidak menyerah meski menghadapi penderitaan, demikian pula kita harus berani menempuh jalan panjang untuk membebaskan diri dari hutang. Perjuangan finansial ini bisa dimulai dari langkah-langkah sederhana:
-
Menyusun anggaran rumah tangga yang jelas dan disiplin.
-
Mengendalikan gaya hidup agar tidak lebih besar pasak daripada tiang.
-
Mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.
-
Menabung dan berinvestasi dengan konsisten.
-
Mengembangkan usaha atau keterampilan tambahan untuk meningkatkan penghasilan.
Lebih jauh lagi, membangun semangat entrepreneurship menjadi penting. Para tokoh bangsa dahulu tidak hanya berjuang di medan perang, tetapi juga membangun kemandirian ekonomi rakyat melalui koperasi, pertanian, hingga industri kecil. Semangat itu patut kita hidupkan kembali agar generasi hari ini tidak hanya bangga merayakan kemerdekaan, tetapi juga mandiri secara finansial.
Merdeka dari hutang bukan hanya urusan pribadi, melainkan juga urusan kolektif sebagai bangsa. Negara pun perlu memberi teladan: mengelola keuangan publik secara sehat, mengurangi ketergantungan pada hutang luar negeri, dan memastikan kekayaan alam dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan begitu, kemerdekaan finansial tidak hanya menjadi cita-cita individu, melainkan juga cita-cita bangsa.
Di usia ke-80 tahun Indonesia merdeka, mari kita maknai kemerdekaan dengan lebih utuh: bukan hanya merdeka dari penjajahan asing, tetapi juga merdeka dari hutang, merdeka dari ketergantungan, dan merdeka untuk hidup lebih sejahtera serta bermartabat. Karena kemerdekaan yang hakiki bukan sekadar merayakan dengan bendera dan karnaval, tetapi dengan keberanian mengatakan:
“Aku merdeka karena tidak lagi diperbudak oleh hutang.”