“Mengguncang Pendidikan Tinggi: Buku Kolaborasi Dosen Indonesia — Penerbit Lakeisha Group WA 081 567 898 354”

KLATEN(Jaringan Arwira Media Group)- Di tengah dunia akademik Indonesia yang kadang lebih sibuk mengejar akreditasi daripada mengejar akal sehat, para dosen akhirnya melakukan sesuatu yang tidak banyak berani dilakukan: bersuara. Dan bukan sembarang suara—ini suara yang mengguncang, menggelitik, mengkritik, sekaligus menyentil siapa pun yang merasa nyaman di balik tumpukan regulasi dan formalitas. Semua itu meledak dalam satu buku kolaborasi bersama Lakeisha Group, penerbit yang tampaknya sudah bosan dengan buku-buku manis yang hanya berisi pujian tanpa substansi.

Para dosen yang terlibat di buku ini bukan tipe akademisi yang puas dengan foto formal, seminar rutin, atau opini setengah matang. Mereka menulis dengan keberanian yang kadang dianggap terlalu “panas” untuk meja birokrasi. Tapi justru itu poinnya. Mereka memilih jalur yang tidak aman, tidak nyaman, namun jujur. Karena kalau dunia akademik hanya berisi kenyamanan dan formalitas, kita bukan sedang membangun bangsa—kita sedang membangun museum pemikiran yang tidak pernah berkembang.

Setiap bab dalam buku ini terasa seperti menampar realitas yang selama ini dianggap normal. Ada dosen yang menuliskan kritik pedas terhadap sistem pendidikan yang sering kali lebih sibuk membuat aturan daripada memperbaiki kualitas pembelajaran. Ada yang menyerang budaya “asal publish” tanpa peduli apakah tulisan itu benar-benar membawa manfaat. Ada juga yang memotret fenomena sosial dengan gaya satir yang membuat pembaca tertawa getir—karena kita sadar, masalah itu nyata, dan sudah terlalu lama dibiarkan.

Lakeisha Group berperan sebagai rumah bagi para pemikir yang tidak mau didikte pasar maupun birokrasi. Mereka tidak menanyakan: “Ini bakal laku nggak?” Tapi mereka bertanya: “Ini penting nggak?” Itu sebabnya buku ini berbeda. Buku ini tidak dibuat untuk menyenangkan semua orang. Buku ini dibuat untuk menggugah, memprovokasi, mengusik. Bahkan mungkin membuat beberapa pihak tersinggung—dan itu wajar. Kebenaran sering kali tidak sopan.

Kolaborasi para dosen ini bukan sekadar kerja sama tulisan, tetapi gerakan intelektual. Mereka membuktikan bahwa kampus bukan hanya tempat mengajar, tetapi tempat berpikir. Tempat gagasan kritis dilahirkan, bukan dikuburkan. Tempat keberanian intelektual diberi panggung, bukan dibungkam. Dan lewat buku ini, mereka keluar dari pagar kampus, membawa api yang semestinya memang menyala: api pengetahuan yang tidak tunduk pada kenyamanan.

Buku ini adalah alarm. Alarm bahwa intelektual Indonesia tidak sedang tidur. Alarm bahwa gagasan harus diperjuangkan. Alarm bahwa dunia akademik harus berhenti bermain aman, berhenti takut, berhenti hanya jadi penonton perubahan.