[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

Keteladanan Seorang Akademisi: Catatan Analis EWRC Indonesia Eko Wiratno untuk Dr. Burham Pranawa

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Tanggal 29 Oktober menjadi penanda istimewa bagi seorang tokoh akademisi dan praktisi hukum yang selama ini mengabdikan diri dalam sunyi ruang intelektual: Dr. Burham Pranawa. Pada hari ulang tahunnya ini, kita diajak menengok perjalanan seorang pemikir yang tak hanya menumpahkan gagasan di ruang kuliah, tetapi juga menghadirkannya dalam praktik sosial dan etika publik yang nyata. Saya mengenal beliau sejak tahun 2017, dan sejak saat itu, saya menyaksikan sebuah karakter yang jarang ditemukan: rendah hati, berjarak dari hingar bingar drama sosial, namun tajam dalam analisis hukum, regulasi, dan konstitusi.

Dalam lanskap akademik Indonesia yang dinamis, sosok seperti Dr. Burham mengambil peran penting. Ia mengajarkan bahwa hukum bukan sekadar kumpulan pasal yang kering, melainkan ekosistem nilai yang bersumber dari keadilan, kemanusiaan, dan tata kelola bernegara. Di ruang perkuliahan, beliau dikenal sebagai dosen yang menghidupkan dialog. Bukan sekadar mengajar, melainkan mencerdaskan. Bukan sekadar memberikan materi, tetapi membentuk cara berpikir.

Ada kecenderungan saat ini di dunia pendidikan tinggi untuk terjebak pada angka–nilai indeks, kelulusan, akreditasi–dan melupakan ruh keilmuan yang sejati. Dr. Burham menolak mentalitas angka. Baginya, tujuan akhir pendidikan adalah transformasi. Ia mengupayakan agar setiap mahasiswa keluar dari ruang kuliah dengan perspektif baru: lebih berani, lebih kritis, namun tetap bermartabat.

Pandangan visionernya terletak pada keseimbangan antara teori hukum dan realitas sosial. Ia memahami betul bahwa hukum harus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat; namun hukum juga menjalankan fungsi rem terhadap gejolak kepentingan. Banyak orang mampu memahami hukum sebagai rumusan. Sedikit yang mampu melihat hukum sebagai ruh peradaban. Dr. Burham termasuk yang sedikit itu.

Integritas yang Konsisten

Karakter seseorang terlihat bukan dari apa yang ia ucapkan, melainkan apa yang ia lakukan ketika lampu padam. Di sini, integritas Dr. Burham menemukan konteks. Sikapnya tenang, tidak mudah terbawa arus opini digital yang bising, dan pandangannya selalu diletakkan dalam kerangka besar kebangsaan. Ia tidak terjebak pada dikotomi: pro–kontra, kiri–kanan, elit–populis. Baginya, hukum adalah rel yang menuntun negara.

Sejak berinteraksi dengannya pada 2017, saya menyaksikan konsistensi itu tidak berubah. Ia menempatkan syarat etika sebagai fondasi. Ia mengingatkan bahwa legalitas tanpa moralitas hanya akan menghasilkan kekacauan dalam balutan formalitas.

Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian—ketika digitalisasi memperluas ruang konflik, ketika informasi palsu membanjiri, ketika identitas menjadi alat politik—kehadiran akademisi yang jernih menjadi sangat relevan. Dr. Burham selalu menempatkan hukum dalam konteks perlindungan publik, bukan sebagai alat intimidasi.

Ia berulang kali menegaskan bahwa negara hukum tidak boleh hanya hidup di atas kertas. Negara hukum harus tampak dalam pelayanan publik, transparansi anggaran, perlindungan minoritas, hak pendidikan, dan akses kesehatan. Sikap ini merupakan penegasan bahwa pendidikan hukum tidak cukup hanya pada skala kampus: ia harus mengalir pada praktik sosial sehari-hari.

Satu hal yang menonjol pada Dr. Burham adalah pendekatannya yang humanis. Ia memandang mahasiswa bukan objek transfer ilmu, tetapi partner dialog. Ia memahami bahwa generasi muda adalah mata air ide. Tidak jarang ia membiarkan mahasiswa menemukan jawaban sendiri, karena ia tahu: jawaban yang dicari sendiri akan menetap lebih lama dalam kesadaran.

Pembawaan sederhana, tutur sopan, dan pilihan kata yang halus menunjukkan bahwa keilmuan sejati tidak memerlukan panggung. Keilmuan sejati memantul dari karakter.

Ketika kita berbicara tentang masa depan Indonesia, jarang kita meletakkan peran dosen secara proporsional. Namun sebenarnya, masa depan bangsa sering lahir dari ruang kuliah, diskusi kajian, dan percakapan akademik yang tenang. Dr. Burham memahami urgensi itu. Ia menulis, meneliti, menguji, dan mengarahkan generasi ahli hukum untuk menjadi garda penjaga nilai-nilai konstitusi.

Di tengah arus politik yang sering tak menentu, beliau mampu menjaga jarak dari romantisme atau kebencian. Pakar hukum sejati tidak tergoda memihak pada sensasi. Ia berdiri pada asas keadilan.

Keteladanan yang Layak Dirayakan

Hari ulang tahun bukan sekadar angka. Bagi orang-orang seperti Dr. Burham, ulang tahun menjadi refleksi nilai-nilai yang telah ditanamkan. Ia tidak menapak karier dengan pameran prestise. Ia membangun reputasi melalui dedikasi: di kelas, di ruang penelitian, di forum akademik, dan di panggung diskusi publik.

Sejak 2017, saya melihat betapa konsisten beliau memprioritaskan kemanfaatan. Bahkan dalam cara beliau berkomunikasi, terlihat kecermatan memilih kata—tidak melukai, namun menegaskan pemikiran. Ini adalah ciri intelektual matang.

Di usia yang bertambah, kita berharap Dr. Burham terus menjadi lentera pemikiran hukum dan pendidikan tinggi. Pemikiran beliau dibutuhkan untuk menjembatani generasi digital dengan nilai-nilai etika hukum klasik. Indonesia membutuhkan akademisi yang mampu berdialog dengan zaman.

Semoga kesehatan, kejernihan intelektual, dan keluasan hati terus menyertai beliau. Dan semoga universitas, mahasiswa, serta masyarakat terus mendapatkan manfaat dari gagasan, tulisan, dan keteladanan kepemimpinan akademiknya.

Merayakan ulang tahun Dr. Burham adalah merayakan nilai: kesabaran dalam mengajar, kedalaman analisis, tegaknya integritas, dan ketenangan dalam berpendapat. Dalam dunia yang sering riuh oleh opini dangkal, hadirnya seorang pemikir jernih adalah berkah.

Selamat ulang tahun, Dr. Burham Pranawa. Terima kasih atas dedikasi, keteladanan, dan ruang dialog yang telah diberikan kepada banyak generasi. Semoga langkah ke depan semakin luas, semakin bermakna, dan semakin memberi warna bagi peradaban hukum Indonesia.(**)

[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply