De Djawatan Forest: Hutan Magis yang Mengubah Wajah Wisata Banyuwangi oleh EKO WIRATNO(Pendiri EWRC INDONESIA)
De Djawatan Forest di Banyuwangi bukan sekadar hutan biasa. Banyak orang bilang tempat ini seperti “set film fantasi yang kebetulan berada di dunia nyata.” Sejak 2018, kawasan ini resmi dijadikan destinasi wisata setelah bertahun-tahun hanya menjadi halaman belakang Perhutani. Dahulu, area ini sepi, lebih dikenal oleh pekerja kehutanan daripada wisatawan. Namun siapa sangka, yang dulu dianggap “anak tiri” kini menjelma menjadi salah satu ikon pariwisata paling terkenal di ujung timur Pulau Jawa.
Nama “De Djawatan” pun bukan sekadar nama yang dibuat demi keperluan pemasaran. Sebutan ini punya sejarah panjang. “Djawatan” berasal dari sebutan lama Djawatan Kehutanan—cikal bakal Perhutani. Nama itu melekat begitu kuat sehingga masyarakat Banyuwangi masih dengan bangga menyebut kawasan ini sebagai “Djawatan.” Menariknya lagi, pintu masuk kawasan ini berada di atas tanah milik PT KAI, menandakan bahwa hutan ini tidak hanya menyimpan cerita tentang pepohonan, tetapi juga memiliki kaitan dengan sejarah perkeretaapian Indonesia. Alam dan sejarah berpadu menjadi satu lanskap yang unik.
800 Pohon Trembesi Raksasa ala Fangorn
Daya tarik utama De Djawatan adalah keberadaan sekitar 800 pohon trembesi raksasa yang usianya diperkirakan mencapai lebih dari seabad. Batang-batangnya besar dengan diameter hingga dua meter, sementara cabangnya menjulur liar dan dipenuhi lumut, pakis, serta tumbuhan liar lainnya. Cahaya matahari yang menembus melalui celah dedaunan menciptakan efek dramatis yang sulit direkayasa.
Tidak sedikit pengunjung yang mengatakan, “Rasanya seperti masuk ke Hutan Fangorn di Lord of the Rings.” Memang benar, suasananya sangat mirip: gelap-lembut, hijau pekat, dan misterius. Bedanya, di sini tidak ada Ent berbicara atau Gandalf lewat. Yang ada hanyalah ketenangan alami dan sinyal internet yang terkadang memilih untuk menghilang begitu saja.
Spot Foto Instagramable yang Tidak Butuh Filter
Jika ada tempat yang bisa membuat foto terlihat estetik tanpa usaha, De Djawatan adalah salah satunya. Perpaduan pepohonan raksasa, bayangan lembut, cahaya keemasan, serta tekstur tanah membuat setiap jepretan kamera terlihat seperti karya seni. Banyak pasangan memilih De Djawatan sebagai lokasi foto prewedding karena nuansa dramatisnya tidak membutuhkan properti tambahan untuk menciptakan kesan romantis.
Cukup berdiri di antara pepohonan trembesi, biarkan cahaya menerobos daun, dan kamera akan menyelesaikan sisanya. Bahkan foto candid pun bisa terlihat seperti potongan adegan film.
Suasana Sejuk yang Menghapus Penat
Kanopi trembesi di De Djawatan sangat rapat sehingga sinar matahari terik sekalipun dapat terasa lembut. Udara terasa jauh lebih sejuk dibandingkan area lain di Banyuwangi. Tidak ada polusi, tidak ada suara bising kendaraan, hanya angin, aroma tanah basah, dan kicauan burung.
Duduk sebentar di bangku kayu sambil memandang pepohonan raksasa membuat Anda merasa seolah stres kehidupan sehari-hari keluar perlahan dari tubuh. Tempat ini seperti pengingat bahwa alam masih menyimpan kekuatan menenangkan yang tidak bisa digantikan oleh ruangan ber-AC atau aplikasi meditasi digital.
Fasilitas Petualangan: Berkuda, Andong, hingga ATV
Bagi yang suka pengalaman lebih dari sekadar berjalan kaki, De Djawatan menawarkan beberapa aktivitas menarik. Anda bisa naik kuda atau menaiki andong untuk mengelilingi hutan. Sensasinya seperti kembali ke masa kolonial, seakan sedang melakukan perjalanan inspeksi kebun.
Jika Anda punya jiwa petualang, cobalah ATV. Jalurnya dibuat khusus dengan medan tanah berbatu dan pepohonan yang menjulang tinggi, memberi sensasi seperti berperan dalam film Indiana Jones—minus bahaya, plus aroma tanah basah yang menyegarkan.
Menikmati Kuliner di Tengah Kanopi Trembesi
Di tengah kawasan hutan terdapat sebuah kafe sederhana yang menyajikan kopi, minuman segar, dan camilan seperti gorengan. Duduk di kursi kayu sambil menyeruput kopi panas di bawah pepohonan raksasa memberikan pengalaman yang jauh lebih memuaskan daripada brunch mahal di beach club. Anda ditemani oksigen murni, keteduhan alami, dan suasana damai yang tidak bisa ditemukan di kota besar.
Panduan Kunjungan yang Praktis
Lokasi De Djawatan berada di Desa Purwosari, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Dari pusat kota, jaraknya sekitar 33 kilometer atau kurang lebih satu jam perjalanan. Harga tiketnya sangat terjangkau—hanya Rp10.000 per orang. Kawasan ini buka dari pukul 08.00 hingga 17.30 WIB, memberi waktu yang cukup untuk menikmati cahaya pagi yang lembut maupun cahaya sore yang keemasan.
Rute menuju tempat ini cukup mudah. Dari Alun-Alun Banyuwangi, Anda tinggal mengikuti jalur menuju Jalan Jenderal Sudirman. Lanjutkan perjalanan hingga menemukan gapura besar bertuliskan “Wisata De Djawatan.” Dari sana, tinggal belok kanan sedikit dan Anda akan langsung menemukan area parkir. Sangat mudah dan jelas.
Pengalaman Pribadi Penulis
Penulis mengunjungi De Djawatan pada Sabtu, 29 November 2025, dari pukul 16.05 WIB hingga 17.04 WIB, bersama keluarga. Waktu sore adalah momen terbaik untuk menikmati suasana hutan. Cahaya matahari yang menembus pepohonan menciptakan efek keemasan yang indah. Udara terasa lebih adem, suara alam terdengar lebih jelas, dan jalan-jalan santai terasa begitu damai.
Kunjungan singkat selama kurang dari satu jam ini tetap meninggalkan kesan kuat—seolah masuk ke dunia lain yang menenangkan sekaligus mempesona.
Jadi, Mengapa Harus De Djawatan?
Karena Indonesia tidak hanya tentang Bali. Banyuwangi punya hutan mistis yang unik, alami, dan benar-benar fotogenik tanpa banyak polesan. De Djawatan bukan hanya destinasi wisata, tetapi pengalaman yang menyentuh—duduk di bawah pohon raksasa, membiarkan cahaya menari di wajah, dan merasakan keteduhan hutan yang seolah ikut bernapas bersama pengunjungnya.
Jika Anda ingin merasakan sensasi seperti berada dalam film fantasi tanpa harus terbang ke Selandia Baru, datanglah ke De Djawatan Forest. Tiketnya murah, udaranya segar, dan fotonya bisa membuat banyak orang bertanya, “Ini luar negeri ya?”









