HUT ke-269 Kota Yogyakarta: “Jogja Menyala, Budaya Menjaga Bangsa” Oleh Eko Wiratno Pendiri EWRC Indonesia
Kota Yogyakarta hari ini, Selasa (7/10/2025), resmi memperingati hari jadinya yang ke-269. Dengan mengusung tema “Jogja Menyala, Budaya Menjaga Bangsa”, momentum ini menjadi ajang refleksi bagi warga dan pemerintah untuk memperkuat jati diri kota budaya di tengah arus modernisasi global.
Upacara peringatan digelar di Balai Kota Yogyakarta, dihadiri oleh Wali Kota Yogyakarta, Wakil Wali Kota, jajaran Forkopimda, perwakilan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, serta ribuan warga yang antusias menyambut hari istimewa ini. Upacara berlangsung khidmat, dengan balutan tradisi Jawa yang kental—mulai dari busana adat, iringan gending, hingga doa bersama.
Jejak Sejarah Panjang Kota Istimewa
Kota Yogyakarta berdiri pada 7 Oktober 1756, ditandai dengan pendirian Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, sebagaimana tercatat dalam Babad Ngayogyakarta Hadiningrat.
Momen tersebut menjadi awal berdirinya pemerintahan Yogyakarta sebagai entitas budaya dan politik yang kuat di tanah Jawa.
Dalam sejarahnya, Yogyakarta memegang peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kota ini menjadi ibu kota Republik Indonesia sementara pada tahun 1946–1949, sebagaimana disebutkan dalam arsip Kementerian Sekretariat Negara (Setneg.go.id). Dari kota inilah Bung Karno dan Bung Hatta memimpin pemerintahan republik di masa perang mempertahankan kemerdekaan.
Pengakuan atas keistimewaan Yogyakarta kemudian tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menegaskan kedudukan dan peran historisnya dalam sistem pemerintahan nasional.
Wali Kota: “Budaya adalah Nafas Yogyakarta”
Dalam sambutannya, Wali Kota Yogyakarta menegaskan bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi kekuatan utama dalam membangun karakter masyarakat.
“Budaya adalah nafas Yogyakarta. Ia bukan sekadar peninggalan, tetapi panduan hidup kita. Melalui budaya, kita belajar menghargai, bersatu, dan berinovasi,” ujarnya dalam pidato di halaman Balai Kota, dikutip dari laman resmi jogjakota.go.id.
Beliau juga menambahkan bahwa pemerintah kota berkomitmen memperkuat Yogyakarta sebagai kota budaya yang berwawasan global, dengan tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal.
“Modernisasi tidak harus menghapus tradisi. Justru dari budaya, kita menemukan arah kemajuan yang berkarakter,” tegasnya.
Rangkaian Kegiatan HUT ke-269
Menurut agenda yang dirilis oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta (Dispar.jogjakota.go.id), peringatan tahun ini diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat dan komunitas kreatif.
Beberapa kegiatan utama di antaranya:
-
Kirab Budaya Tumpeng Sewu di sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun-Alun Utara,
-
Festival Malioboro Night dengan penampilan kesenian rakyat dan UMKM kreatif,
-
Jogja Street Art Parade,
-
Pentas Wayang Kulit Semalam Suntuk di pelataran Keraton,
-
serta Doa Bersama Lintas Agama di Balai Kota Yogyakarta.
Tak hanya itu, Pemkot juga menggelar Jogja Smart City Expo 2025 — pameran teknologi dan inovasi pelayanan publik. Acara ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mewujudkan tata kelola kota yang modern, transparan, dan tetap berpijak pada nilai budaya.
Kota Pelajar dan Kota Kreatif Dunia
Selain dikenal sebagai kota budaya, Yogyakarta juga menyandang predikat Kota Pelajar dan Kota Kreatif Dunia versi UNESCO (dalam kategori crafts and folk arts).
Data UNESCO Creative Cities Network (2023) menyebutkan bahwa Yogyakarta diakui atas kontribusinya dalam menjaga dan mengembangkan seni tradisional seperti batik, wayang, ukir, dan gamelan.
Yogyakarta juga menjadi rumah bagi lebih dari 400.000 pelajar dan mahasiswa, yang datang dari seluruh Indonesia bahkan mancanegara. Kampus-kampus ternama seperti UGM, UNY, UII, dan UMY menjadikan kota ini episentrum ilmu pengetahuan, kreativitas, dan keberagaman budaya.
Keberagaman inilah yang menjadikan Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia yang hidup harmonis. Nilai-nilai “guyub, tepa selira, lan nguwongke uwong” (kebersamaan, tenggang rasa, dan memanusiakan manusia) menjadi karakter khas masyarakatnya.
Harapan untuk Masa Depan
Wakil Wali Kota Yogyakarta dalam kesempatan terpisah menyampaikan bahwa visi pembangunan kota ke depan diarahkan untuk menjadikan Yogyakarta sebagai kota yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan inklusif.
“Kita ingin mewariskan kota yang lestari. Pembangunan harus berpihak pada manusia dan lingkungan, bukan sekadar beton dan bangunan,” ujarnya kepada wartawan (Sumber: Humas Pemkot Yogyakarta, 2025).
Pemkot juga fokus pada pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya, pemberdayaan kampung wisata, serta perluasan ruang publik yang ramah anak dan disabilitas. Langkah ini diharapkan menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian sosial budaya.
Yogyakarta yang Tak Pernah Padam
Menjelang malam, suasana kota semakin semarak. Ribuan warga memadati kawasan Tugu Pal Putih dan Malioboro yang dihiasi cahaya temaram dan warna-warna tradisional. Musik gamelan berpadu dengan penampilan seniman muda, menghadirkan harmoni antara generasi tua dan baru.
“Jogja itu rumah, tempat di mana setiap orang bisa kembali dan merasa diterima,” kata Rini (28), warga Kotagede, yang hadir bersama keluarganya menikmati malam ulang tahun kota.
Di usia 269 tahun ini, Yogyakarta bukan hanya mempertahankan sejarahnya, tetapi terus menulis babak baru dalam peradaban. Dari masa lalu yang gemilang, menuju masa depan yang penuh inovasi dan kemanusiaan.
Penutup
Perjalanan panjang Yogyakarta adalah cerminan keteguhan sebuah kota menjaga nilai-nilai luhur di tengah dunia yang terus berubah.
Dari Keraton hingga Malioboro, dari kampung budaya hingga kampus modern — semua berpadu dalam satu semangat: Jogja Menyala, Budaya Menjaga Bangsa.
Selamat Ulang Tahun ke-269 Kota Yogyakarta.
Semoga selalu menjadi kota yang istimewa, nyaman dihuni, dan terus memancarkan cahaya budaya bagi Indonesia dan dunia.
Referensi:
-
Pemerintah Kota Yogyakarta – https://jogjakota.go.id
-
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta – https://dispar.jogjakota.go.id
-
Arsip Kementerian Sekretariat Negara RI – https://setneg.go.id
-
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY
-
UNESCO Creative Cities Network (2023) – https://en.unesco.org/creative-cities
-
Babad Ngayogyakarta Hadiningrat (Pustaka Keraton, 1925)
-
Siaran Pers Humas Pemkot Yogyakarta, Oktober 2025