🕌 Tips Mengelola TPQ yang Profesional(BAB 1 DARI 21 BAB) Disusun oleh : Eko Wiratno
Bab 1 – Pendahuluan
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam nonformal yang memiliki peran penting dalam pembinaan generasi muda. Di tengah arus globalisasi dan derasnya pengaruh budaya modern, keberadaan TPQ menjadi benteng yang kokoh untuk menjaga anak-anak muslim tetap dekat dengan Al-Qur’an. Di sinilah mereka belajar membaca huruf hijaiyah, menghafal surat-surat pendek, memahami dasar-dasar akidah, mempelajari doa-doa harian, hingga mengamalkan akhlak Islami dalam kehidupan sehari-hari. Maka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa TPQ adalah salah satu garda terdepan dalam mencetak generasi Qur’ani.
Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan TPQ masih menghadapi berbagai kendala. Ada TPQ yang hanya sekadar berjalan apa adanya tanpa perencanaan yang matang, ada yang dikelola seadanya tanpa manajemen, bahkan ada pula yang hampir mati suri karena kurang dukungan. Padahal, TPQ yang tidak dikelola secara profesional akan sulit menarik minat masyarakat, sulit mendapatkan kepercayaan wali santri, dan pada akhirnya sulit berkembang. Oleh karena itu, pengelolaan TPQ yang profesional bukan lagi sekadar kebutuhan, melainkan sebuah keniscayaan.
Profesional dalam konteks pengelolaan TPQ tidak berarti harus serba modern dengan fasilitas mewah, tetapi lebih kepada bagaimana manajemen, sistem, dan metode yang digunakan berjalan dengan teratur, transparan, dan berorientasi pada mutu. Profesional berarti mampu memadukan niat ikhlas dengan tata kelola yang rapi. Profesional berarti tidak hanya mengandalkan semangat keagamaan, tetapi juga mengadopsi prinsip-prinsip manajemen pendidikan yang baik.
Kiat mengelola TPQ yang profesional harus dimulai dengan kesadaran bahwa TPQ adalah lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan, TPQ membutuhkan visi dan misi yang jelas, kurikulum yang terarah, tenaga pengajar yang berkompeten, administrasi yang tertata, serta sistem evaluasi yang terukur. Tanpa semua itu, TPQ hanya akan menjadi tempat belajar sementara yang kurang memberi dampak jangka panjang.
Di samping itu, pengelolaan TPQ yang profesional juga harus mampu menjawab tantangan zaman. Anak-anak sekarang hidup di era digital, di mana gawai, media sosial, dan hiburan online lebih menarik perhatian mereka daripada mushaf Al-Qur’an. Jika TPQ hanya menggunakan metode lama tanpa inovasi, anak-anak akan cepat bosan. Maka, perlu ada kreativitas dalam pengajaran, misalnya dengan menggunakan media visual, permainan edukatif Islami, hingga pemanfaatan aplikasi Qur’an digital. Semua itu tentu memerlukan manajemen yang cerdas.
Lebih dari itu, profesionalisme dalam mengelola TPQ juga berarti membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat. Wali santri harus dilibatkan, masyarakat harus merasa memiliki, dan donatur harus diberi laporan transparan agar mereka percaya. Dengan dukungan masyarakat, TPQ akan lebih mudah berkembang. Sebaliknya, TPQ yang tertutup dan tidak transparan akan kehilangan simpati.
Pendahuluan ini mencoba menegaskan bahwa TPQ yang profesional adalah TPQ yang:
-
Memiliki visi misi jelas.
-
Dikelola dengan manajemen rapi.
-
Didukung tenaga pengajar kompeten.
-
Menggunakan kurikulum yang relevan.
-
Transparan dalam administrasi.
-
Dekat dengan masyarakat.
-
Inovatif dan adaptif terhadap zaman.
Oleh karena itu, opini ini akan membahas kiat-kiat praktis bagaimana mengelola TPQ secara profesional, mulai dari landasan, kurikulum, pengelolaan ustadz, manajemen santri, keuangan, hingga inovasi. Dengan pembahasan yang panjang dan mendalam, diharapkan TPQ-TPQ di Indonesia bisa lebih maju, dipercaya masyarakat, dan benar-benar melahirkan generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.(BERSAMBUNG)









