[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

🕌 Tips Mengelola TPQ yang Profesional (BAB 2 DARI 21 BAB) Disusun oleh : Eko Wiratno

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Bab 2 – Landasan dan Visi Misi TPQ

Setiap lembaga pendidikan, sekecil apa pun, harus memiliki landasan yang jelas. Landasan ini ibarat fondasi sebuah bangunan. Jika fondasi rapuh, bangunan akan mudah goyah. Begitu pula TPQ, jika tidak memiliki landasan yang kokoh, maka kegiatan belajar mengajarnya hanya berjalan sebentar lalu pudar. Sayangnya, banyak TPQ di masyarakat berdiri secara spontan tanpa perencanaan yang matang. Biasanya ada beberapa ustadz atau tokoh masyarakat yang berinisiatif mengajar anak-anak di serambi masjid, kemudian kegiatan itu disebut TPQ. Hal seperti ini tentu baik sebagai langkah awal, tetapi tanpa arah yang jelas, perkembangan TPQ bisa mandek.

Oleh karena itu, penting sekali merumuskan landasan filosofis, landasan religius, dan landasan praktis dari sebuah TPQ. Landasan filosofis berarti menegaskan mengapa TPQ itu ada. Tujuannya bukan sekadar mengisi sore anak-anak dengan kegiatan, tetapi lebih jauh: membentuk generasi yang beriman, berakhlak, dan berpengetahuan Qur’ani. Landasan religius berarti menegaskan bahwa TPQ hadir sebagai perwujudan perintah Allah untuk mempelajari Al-Qur’an, sebagaimana sabda Rasulullah, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Landasan praktis berarti menyusun aturan, tata tertib, serta mekanisme yang memandu seluruh aktivitas TPQ.

Setelah landasan ditetapkan, langkah berikutnya adalah merumuskan visi dan misi TPQ. Banyak TPQ yang berjalan tanpa visi, akibatnya arah perkembangannya tidak jelas. Visi adalah gambaran besar tentang apa yang ingin dicapai di masa depan. Misalnya: “Menjadi TPQ unggulan yang melahirkan generasi Qur’ani, berakhlak mulia, dan cinta ilmu.” Visi ini sederhana, tetapi mampu menjadi bintang penuntun bagi seluruh pengelola, ustadz, bahkan wali santri.

Dari visi itulah kemudian diturunkan misi. Misi adalah langkah-langkah konkret untuk mewujudkan visi. Misalnya:

  1. Menyelenggarakan pembelajaran Al-Qur’an yang berkualitas dengan metode modern dan menyenangkan.

  2. Membimbing santri dalam menghafal surat-surat pendek dan doa sehari-hari.

  3. Menanamkan nilai akidah, akhlak, dan ibadah sejak dini.

  4. Membangun kerja sama dengan masyarakat dan lembaga lain untuk pengembangan TPQ.

  5. Melakukan evaluasi rutin terhadap kurikulum, metode, dan hasil belajar.

Dengan adanya visi dan misi, TPQ tidak lagi berjalan tanpa arah. Semua pengelola tahu apa tujuan bersama. Semua ustadz tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan wali santri pun bisa ikut mendukung, karena mereka paham ke mana TPQ akan melangkah.

Selain visi dan misi, TPQ yang profesional juga sebaiknya memiliki struktur organisasi yang jelas. Tanpa struktur, semua urusan akan menumpuk di satu orang. Ada ketua yang memimpin, sekretaris yang mencatat, bendahara yang mengatur keuangan, bidang kurikulum yang mengurus pembelajaran, bidang sarana yang mengelola fasilitas, hingga bidang humas yang menjalin hubungan dengan masyarakat. Struktur ini bukan untuk formalitas, melainkan untuk memastikan semua tugas terbagi adil.

Landasan, visi, misi, dan struktur organisasi ibarat empat pilar utama dalam pengelolaan TPQ. Jika empat pilar ini kokoh, TPQ akan mampu berjalan dengan profesional. Sebaliknya, jika tidak ada pilar, TPQ hanya berdiri di atas niat baik yang sewaktu-waktu bisa runtuh karena kurang perencanaan.

Sebagai contoh nyata, ada TPQ di sebuah desa yang awalnya hanya diikuti 10 anak. Pengajarnya seorang ustadz muda yang mengajar di serambi masjid. Seiring waktu, jumlah santri bertambah hingga 50 anak. Karena tidak ada struktur organisasi, semua urusan dari mengajar, mencatat absen, hingga mengurus keuangan dilakukan oleh ustadz itu sendiri. Akhirnya ia kewalahan. Santri tidak tertangani dengan baik, keuangan berantakan, bahkan wali santri mulai mengeluh. Setelah dilakukan evaluasi, dibentuklah kepengurusan resmi. Ada ketua, bendahara, sekretaris, dan lain-lain. Barulah TPQ itu berkembang lebih baik. Ini membuktikan bahwa manajemen yang rapi berawal dari landasan dan struktur organisasi.

Lebih jauh lagi, TPQ yang profesional juga harus memikirkan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Tujuan jangka pendek misalnya: “Dalam satu tahun semua santri bisa membaca Iqra’ dengan lancar.” Tujuan menengah: “Dalam tiga tahun, TPQ memiliki 100 santri dengan jenjang belajar yang jelas.” Tujuan panjang: “Dalam sepuluh tahun, TPQ menjadi pusat pendidikan Qur’an unggulan di tingkat kecamatan.” Perumusan tujuan seperti ini akan memberi motivasi pada pengurus, sekaligus menjadi tolok ukur keberhasilan.

Hal lain yang tak kalah penting adalah aturan internal TPQ. Aturan ini berfungsi sebagai pegangan bagi ustadz dan santri. Misalnya aturan jam masuk, kewajiban membawa mushaf, larangan bermain HP di kelas, kewajiban menjaga kebersihan, hingga sanksi bagi yang melanggar. Aturan yang jelas akan menciptakan suasana belajar yang disiplin.

Dari uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kiat pertama dalam mengelola TPQ yang profesional adalah menegakkan fondasi manajemen melalui landasan, visi, misi, struktur organisasi, tujuan terukur, dan aturan internal. Dengan semua itu, TPQ tidak hanya menjadi tempat belajar seadanya, tetapi benar-benar menjadi lembaga pendidikan yang dihormati. (BERSAMBUNG)

[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply