Mengapa Indonesia Butuh Lebih Banyak Doktor Manajemen? Oleh: Eko Wiratno Analis dan Peneliti EWRC Indonesia
Mari kita jujur: di tengah pusaran globalisasi, banyak orang bangga dengan gelar sarjana, sebagian menambah dengan gelar magister — lalu berhenti. Padahal, di atas sana, dunia sedang bergerak dengan kecepatan ilmu dan riset. Di saat bangsa lain melahirkan ribuan doktor tiap tahun, Indonesia masih berjalan lambat. Padahal, strategi tanpa riset hanyalah tebakan mahal yang dibungkus percaya diri.
Kuliah S3 Manajemen bukan sekadar memperpanjang status akademik, tapi membangun kelas berpikir yang menentukan arah organisasi, bisnis, bahkan negara. Inilah level di mana logika, data, dan visi bertemu. Di mana seseorang berhenti menjadi eksekutor, dan mulai menjadi arsitek gagasan.
1. S3 Manajemen: Tempat Melahirkan Pemikir Strategis, Bukan Sekadar Penghafal Teori
Di kampus doktoral, mahasiswa tidak lagi disuapi teori; mereka menciptakan teori. Disertasi bukan sekadar tugas, melainkan bukti eksistensi intelektual.
Di sini, calon doktor diuji bukan dalam ujian tertulis, tapi dalam kemampuan berpikir jernih di tengah kompleksitas dunia nyata.
S3 Manajemen mengasah kemampuan melihat masalah organisasi dari banyak sisi — ekonomi, sosial, teknologi, bahkan psikologi manusia.
Mereka dilatih berpikir sistemik, mengambil keputusan berbasis riset, bukan insting sesaat. Dan di situlah perbedaan nyata muncul: pemimpin biasa mencari solusi cepat, pemimpin berilmu menciptakan sistem yang tahan lama.
2. Dari Kampus ke Kebijakan: Doktor Sebagai Arsitek Perubahan
Gelar doktor bukan hanya tiket mengajar, tetapi izin moral untuk mengarahkan masa depan kebijakan publik.
Dosen dengan gelar doktor adalah benteng terakhir rasionalitas akademik di tengah arus opini publik yang dangkal.
Namun perannya kini meluas: mereka masuk ke ruang-ruang strategi korporasi, kementerian, hingga lembaga riset global.
Mereka inilah para “otak di balik layar” yang memastikan kebijakan ekonomi tidak sekadar populis, tapi berbasis bukti (evidence-based policy).
Tanpa mereka, bangsa hanya berjalan dengan asumsi — bukan pengetahuan.
Indonesia butuh lebih banyak doktor manajemen agar tidak selalu menjadi pengikut kebijakan asing, tetapi mampu melahirkan teori dan model ekonomi sendiri.
3. Daya Saing Global Tidak Ditentukan oleh Modal, Tapi oleh Jumlah Pemikir
Negara maju tidak lebih hebat karena uangnya banyak, tetapi karena ilmuwannya lebih banyak.
Korea Selatan punya lebih dari 200 ribu doktor aktif; Amerika Serikat lebih dari satu juta.
Indonesia? Masih di bawah 70 ribu. Dari 287 juta penduduk, itu berarti hanya satu doktor untuk setiap 4.000 warga.
Bandingkan dengan Jepang, yang memiliki satu doktor untuk setiap 500 orang.
Kita terlalu sibuk mencetak pekerja, terlalu sedikit mencetak pemikir.
Padahal, satu riset doktoral yang efektif bisa menciptakan efisiensi miliaran rupiah bagi industri.
Satu disertasi yang jernih bisa menjadi dasar kebijakan nasional yang menyelamatkan jutaan orang dari kemiskinan struktural.
S3 Manajemen bukan sekadar gelar — ia adalah investasi jangka panjang dalam kualitas bangsa.
4. Menulis Jejak Intelektual: Dari Nama di Ijazah ke Nama di Sejarah
Doktor sejati tidak berhenti di ruang seminar. Ia menulis, meneliti, dan meninggalkan warisan intelektual.
Disertasinya menjadi bahan ajar, artikelnya dikutip, idenya memengaruhi kebijakan.
Itulah makna sejati dari gelar tertinggi: bukan penghargaan, tapi tanggung jawab.
Bangsa ini tidak butuh lebih banyak pembicara motivasi — bangsa ini butuh lebih banyak peneliti dengan kompas moral dan intelektual.
Sebab hanya dengan ilmu yang serius, kita bisa melawan kebijakan yang sembrono dan ekonomi yang rapuh.
5. S3 Manajemen: Dari Gelar ke Gerakan Perubahan
Pada akhirnya, S3 Manajemen bukan sekadar puncak pendidikan — tapi gerakan kebangkitan berpikir.
Lulusan doktor manajemen adalah mereka yang berani mempertanyakan status quo, menembus batas data, dan menulis arah baru bagi bangsa.
Mereka bukan hanya pembaca perubahan, tetapi pencipta perubahan.
Karena bangsa besar tidak diukur dari banyaknya bangunan tinggi, tetapi dari tingginya pikiran orang-orang yang membangunnya.
Daftar Pustaka
-
Drucker, Peter F. Management: Tasks, Responsibilities, Practices. Harper & Row, 1974.
-
Mintzberg, Henry. Managers Not MBAs. Berrett-Koehler Publishers, 2004.
-
LLDIKTI (2024). Data Jumlah Lulusan S3 di Indonesia.
-
Harvard Business Review (2023). The Power of Research-Based Management.
-
EWRC Indonesia (2025). Tren Pendidikan Doktor dan Daya Saing Nasional.





![MAKNA LOGO “PERKUMPULAN PENGUSAHA DOSEN PENELITI INDONESIA” [PPDPI] LAHIR DI KABUPATEN BOYOLALI – JAWA TENGAH, 9 OKTOBER 2025 MAKNA LOGO “PERKUMPULAN PENGUSAHA DOSEN PENELITI INDONESIA” [PPDPI] LAHIR DI KABUPATEN BOYOLALI – JAWA TENGAH, 9 OKTOBER 2025](https://yogyakampus.com/wp-content/uploads/ktz/daf7bddd-f5e9-4ddf-a15e-aa9280f76abe-1-3nnua9nh5e7ftlhm33dm2y.png)



