[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

Mahasiswa KKN Universitas Boyolali Kelompok 1 Gelorakan Gerakan Stop KDRT dan Perundungan di Desa Ngablak Wonosamudro

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Boyolali(JARINGAN ARWIRA MEDIA GROUP) – Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perundungan masih menjadi isu yang membayangi kehidupan masyarakat Indonesia. Meski sering dianggap persoalan privat, faktanya kedua bentuk kekerasan ini menimbulkan dampak serius bagi korban, keluarga, bahkan lingkungan sosial secara luas. Menyadari pentingnya pencegahan sejak dini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Boyolali (UBY) kelompok 1 hadir dengan inisiatif edukatif bertajuk “Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) serta Perundungan untuk Membangun Lingkungan yang Aman dan Harmonis.”

 

Kegiatan yang digelar Sabtu (16/8/2025) di Balai Desa Ngablak, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali ini diikuti 50 anggota TP PKK Desa Ngablak. Acara dibuka oleh Kepala Desa Ngablak, Akrom, yang memberikan apresiasi tinggi atas kepedulian mahasiswa terhadap isu sosial yang masih kerap dianggap tabu.

“Kami sangat berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa Universitas Boyolali yang peduli pada isu nyata di sekitar kita. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal membangun lingkungan yang lebih harmonis dan bebas dari kekerasan,” ujar Akrom.

Sesi pertama menghadirkan narasumber Sri Budi Raharjo, S.H., M.H., yang membedah isu KDRT dari aspek hukum dan sosial. Ia menegaskan bahwa KDRT tidak bisa dipandang sekadar urusan rumah tangga, melainkan pelanggaran hak asasi manusia dan persoalan sosial yang harus dicegah bersama.

Dalam pemaparannya, Sri Budi menjelaskan berbagai bentuk KDRT—mulai dari kekerasan fisik, psikis, ekonomi, hingga seksual—beserta dampak jangka panjangnya, seperti trauma, hilangnya rasa percaya diri, hingga kerusakan relasi keluarga.

“Komunikasi sehat, saling menghargai, dan kesadaran hukum adalah kunci mencegah terjadinya KDRT dalam keluarga,” tegasnya.

Materi kedua dibawakan oleh Siyamto dengan tema “Stop Bullying.” Ia menekankan bahwa perundungan bukan hanya soal kekerasan fisik, melainkan juga verbal, sosial, hingga cyberbullying yang marak di era digital. Bentuk-bentuk perundungan ini, menurutnya, bisa menghambat perkembangan mental anak dan remaja.

“Setiap orang bisa menjadi agen perubahan. Mari kita bangun lingkungan inklusif di mana semua orang merasa dihargai tanpa diskriminasi maupun kekerasan,” ajaknya.

Antusiasme Peserta dan Komitmen Bersama

Acara berlangsung interaktif. Peserta tidak hanya mendengarkan, tetapi juga aktif bertanya, berbagi pengalaman, dan mendiskusikan strategi pencegahan di lingkungannya. Banyak peserta mengaku baru memahami bahwa hal-hal sederhana yang sering dianggap sepele ternyata bisa termasuk bentuk kekerasan.

Sebagai bentuk komitmen, seluruh peserta menandatangani deklarasi sederhana mendukung gerakan “Anti KDRT dan Anti Perundungan.” Mahasiswa KKN turut membagikan leaflet edukatif dan membuka sesi konsultasi pribadi bagi warga yang ingin berdiskusi lebih lanjut.

Ardi Rizqi, selaku koordinator desa KKN kelompok 1, menyampaikan rasa syukur karena kegiatan berjalan lancar sesuai harapan. Sementara itu, Novi Lestari, salah satu seksi program, merasa bangga melihat antusiasme warga.

“Pesertanya banyak, semangat, dan ilmunya benar-benar bermanfaat. Ini jadi motivasi buat kami agar terus berkontribusi,” ujarnya.

Gerakan Sosial Berbasis Edukasi

Program ini merupakan bagian dari KKN tematik Universitas Boyolali yang menitikberatkan pada pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Dengan semangat kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat, diharapkan lahir lingkungan yang aman, ramah, dan bebas dari kekerasan.

“Kami berharap kegiatan ini menjadi awal perubahan sosial. Lingkungan aman dan harmonis harus dibangun bersama, dimulai dari keluarga dan komunitas kecil,” ungkap salah satu mahasiswa KKN sebagai penutup.

Kegiatan KKN di Desa Ngablak dibimbing oleh Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Tegar Habriyana, S.H., M.H. dan Dhefi Intan Lukmana, S.Kom., M.Kom. dengan total 16 mahasiswa dari berbagai program studi, mulai peternakan, teknik informatika, akuntansi, ilmu komunikasi, manajemen, hingga ilmu hukum.

Dengan semangat kebersamaan, Desa Ngablak kini semakin optimistis melangkah menuju masa depan yang bebas dari KDRT dan perundungan.(**)

[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply