[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

Mengasah Kreativitas dan Cinta Budaya Lewat KKN Universitas Boyolali Kelompok 11 Mengajar di SD Negeri 1 Gilirejo

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Boyolali(JARINGAN ARWIRA MEDIA GROUP)- Rabu, 6 Agustus 2025 Pagi itu, sinar matahari di Desa Gilirejo, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah terasa hangat dan cerah, seolah ikut menyambut kehadiran mahasiswa Kelompok 11 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Boyolali(UBY). Suasana halaman SD Negeri 1 Gilirejo sudah ramai sejak pukul 07.00 WIB. Anak-anak berseragam merah putih tampak berlarian kecil menuju kelas sambil membawa kotak pensil warna dan senyum lebar. Hari ini, mereka akan belajar dengan cara yang berbeda: penuh warna, cerita, dan tawa.

Kegiatan KKN Mengajar ini dirancang untuk menggabungkan kreativitas dan literasi dalam dua agenda utama: lomba mewarnai untuk siswa kelas 1–3 dan kelas literasi untuk siswa kelas 4–6. Tujuannya tidak sekadar mengisi waktu belajar, tetapi juga memperkaya wawasan anak-anak tentang sejarah bangsa dan budaya daerah, sekaligus membangun keterampilan berpikir, berkomunikasi, dan berkarya.

Di salah satu sudut ruang kelas, puluhan siswa kelas 1–3 duduk rapi dengan lembar gambar di meja mereka. Tema yang diangkat adalah tokoh pahlawan nasional seperti Ki Hajar Dewantara, R.A. Kartini, dan Ir. Soekarno.

Dengan pensil warna yang beragam, mereka mulai memberi warna pada sosok-sosok bersejarah tersebut. Beberapa siswa tampak serius memilih warna baju R.A. Kartini, sementara yang lain berhenti sejenak bertanya kepada mahasiswa KKN, “Bu, ini siapa namanya?” Pertanyaan itu menjadi momen tepat bagi mahasiswa untuk bercerita singkat tentang perjuangan para pahlawan.

“Kami ingin anak-anak mengenal pahlawan bukan hanya lewat buku pelajaran, tapi juga melalui pengalaman kreatif yang menyenangkan,” ungkap salah satu anggota KKN. Kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan sejarah, tapi juga melatih motorik halus, kesabaran, dan rasa percaya diri ketika menunjukkan hasil karya.

Sementara itu, di ruang berbeda, siswa kelas 4–6 mengikuti kelas literasi yang membahas cerita rakyat Boyolali. Mahasiswa KKN membacakan kisah dengan intonasi dan ekspresi penuh, membuat anak-anak seolah ikut hadir dalam alur cerita.

Setelah mendengarkan, siswa diajak untuk menuliskan kembali cerita dengan bahasa mereka sendiri, mendiskusikan nilai moral, dan menjawab pertanyaan seputar isi cerita. Suasana kelas menjadi hidup, dengan tangan-tangan kecil terangkat penuh semangat untuk berbagi pendapat.

“Kami ingin literasi tidak hanya diartikan sebagai kemampuan membaca, tetapi juga memahami, mengolah, dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari,” jelas salah satu fasilitator kegiatan. Cerita rakyat dipilih karena selain menghibur, ia juga menyimpan pesan moral dan sejarah lokal yang penting dilestarikan.

Ice Breaking: Menyatukan Tawa dan Semangat

Menunggu hasil penilaian lomba bukan berarti kelas menjadi sepi. Mahasiswa KKN menghidupkan suasana lewat ice breaking yang menggabungkan permainan, lagu, dan dialog interaktif.

Mulai dari teka-teki lucu, permainan berpasangan untuk melatih konsentrasi, hingga bernyanyi bersama membuat anak-anak tertawa lepas. Dalam sesi tanya jawab ringan, anak-anak diajak menceritakan cita-cita, hobi, dan aktivitas favorit mereka. Meski sederhana, kegiatan ini membantu mereka belajar berbicara di depan umum tanpa rasa takut.

“Ternyata banyak yang bercita-cita menjadi guru dan dokter,” kata Aliffia sambil tersenyum. “Momen ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka sejak dini.”

Ketika waktu pengumuman pemenang tiba, raut wajah tegang bercampur antusias terlihat di wajah para siswa. Nama demi nama disebut, disambut tepuk tangan meriah dari teman-teman. Hadiah sederhana diserahkan sebagai bentuk penghargaan atas usaha dan kreativitas yang mereka tunjukkan.

Pihak sekolah memberikan apresiasi penuh terhadap kegiatan ini. “Kehadiran mahasiswa membawa suasana baru di sekolah. Anak-anak jadi lebih semangat belajar dan berani mengungkapkan pendapat,” ujar salah satu guru SD Negeri 1 Gilirejo.

Kelompok 11 KKN UBY berharap program seperti ini bisa menjadi inspirasi untuk terus digelar di berbagai sekolah desa. “Kami ingin anak-anak tumbuh menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap bangsa dan budayanya,” tutup Aliffia Harsa Wicaksana.(**)

[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply