[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

Nostalgia ke Sekolah Lama, Pendiri EWRC Indonesia Eko Wiratno Tempuh 3,6 KM Naik Sepeda ke SMPN 1 Wedi Klaten

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Klaten(JARINGAN ARWIRA MEDIA GROUP)- Di tengah derasnya arus zaman dan kemajuan teknologi, seorang alumni SMP Negeri 1 Wedi Klaten memilih cara sederhana namun penuh makna untuk napak tilas ke sekolahnya dulu dengan naik sepeda dari rumahnya di Dukuh Jiwo Kulon, Desa Trotok, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten menuju sekolah yang telah membentuk banyak kenangan masa kecilnya.

Perjalanan sejauh 3,6 kilometer itu ditempuh dalam waktu 13 menit, pada pagi hari Ahad, 27 juli 2025. Berangkat dengan semangat dan senyum, alumni tersebut menyusuri Jalan Raya Wedi- Bayat atau yang akrab dengan nama Jalan Pandanaran disuasana pagi yang damai, membangkitkan kenangan lama saat masih duduk di bangku SMP tahun 1996-1999 lalu.

“Saya memang sengaja naik sepeda, bukan hanya untuk sehat, tapi untuk merasakan kembali bagaimana rasanya dulu berangkat sekolah. Tak terasa sudah 26 tahun berlalu. Rutenya masih sama, tapi perasaan yang muncul luar biasa, penuh rindu dan syukur. Dulu jalan raya ini tidak seramai sekarang, dulu masih banyak angkutan yang lewat di jalan ini misalnya bis jurusan Klaten – Solo via Cawas, Klaten ke Semin Gunungkidul dan sebaliknya. Kita bisa jumpai colt jalur Bendogantungan/ Klaten ke Bayat dan sebaliknya, ada juga dokar, ada becak. Tapi semuanya itu saat ini sudah hilang sama sekali dan tidak lagi ngaspal di Jalan Wedi- Bayat. Sekarang jalanan sudah halus semua sudah di penuhi sepeda motor, mobil pribadi, dan bis-bis besar wisata. Jadi tadi saya agak menepi dan hati-hati mengayuh sepedanya karena para pengguna jalan saat ini pada ngebut” ujarnya kepada Jaringan Arwira Media Group saat tiba di halaman sekolah.

Pilihan naik sepeda ini bukan tanpa alasan. Selain sebagai bentuk gaya hidup sehat, ini juga menjadi simbol perjalanan hati yang ingin kembali menyatu dengan masa lalu.

SMP Negeri 1 Wedi, Klaten, adalah salah satu sekolah menengah pertama favorit di Kabupaten Klaten waktu itu, yang telah melahirkan banyak alumni sukses di berbagai bidang. Bagi banyak orang, sekolah ini bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah kedua yang menyimpan jutaan cerita.

“Saat sepeda melaju melewati lapangan Birit menuju sekolah, saya teringat saat upacara bendera, ingat waktu pelajaran olahraga yang sebelum pelajaran olahraga para siswa di minta lari mengelilingi lapangan sebenyak 5x dan cerita lainnya. Semua itu datang kembali seperti film yang diputar ulang di kepala,” tutur Eko Wiratno.

Dengan naik sepeda, menurut Eko Wiratno tidak hanya menghadirkan nilai kebugaran fisik dan kepedulian lingkungan, tetapi juga menyampaikan pesan simbolis bahwa kebahagiaan tidak selalu tentang kemewahan, tetapi bisa datang dari langkah kecil yang tulus.

Dengan sepeda sebagai simbol kesederhanaan, alumni dari Jiwo Kulon ini telah membuktikan bahwa cinta terhadap masa lalu bisa diwujudkan dalam bentuk paling sederhana, namun membekas mendalam.

“Tidak penting seberapa jauh kita melangkah dalam hidup. Tapi yang paling berarti adalah apakah kita masih bisa menoleh ke belakang dan mengucapkan terima kasih pada masa lalu,” tutup Eko Wiratno.(**)


[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply