[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

ARIYA KONSULTAN, FILSAFAT ILMU DAN RISET

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]
[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

PENDAHULUAN

Filsafat berasal dari kata filo dan sofia (bahasa yunani). Filo berarti ”cinta” dan sofia berarti ”bijaksana”. Sehingga menurut pengertian di atas, orang yang menyenangi atau mencintai kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai, orang yang selalu mencari kebenaran. Dalam pencarian kebenaran inilah mereksa selalu berdasar pada pemikiran, logika dan kadang berspekulasi. Namun seiring waktu pola pemikiran ini berkembang. Hal-hal yang selalu didasarkan pada pemikiran, logika dan sepkulasi seiring waktu malah menjadi tantangan bagi para ilmuwan. Yang berubah pola pandang dari pemikran logis menjadi penemuan empiris dalam menemukan kebenaran. Perjalanan intu kemudian memunculkan ilmu yang merupakan hasil dari ketidakpuasan ilmuwan terhadap penemuan kebenaran para pilosof. Sehingga dapat dikatakan ilmu merupakan bentuk perkembangan dari pilsafat dan pilsafat disebut induk dari semua ilmu.

Pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama, yakni filsafat alam yang berkembang menjadi rumoun ilmu alam (natural science) dan filsafat moral yang berkembang menjadi ilmu sosial (social science). Selanjutnya ilmu alam berkembang menjadi phsycal science dan biological science. Dan ilmu sosial berkembang diantaranya menjadi antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi dan ilmu politik.

HAKEKAT ILMU DAN TEORI SERTA CIRI-CIRINYA

Manusia untuk dapat hidup di dunia ini harus memiliki sains atau ilmu pengetahuan yang cukup, karena manusia mempunyai kebutuhan hidup. Lebih jauh dari itu, sebagai ciptaan tuhan yang sempurna, dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat mulai dari pengetahuan (hasil dari tahu), ilmu dan filsafat. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dari diri manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “WHAT”. Sedangkan ilmu bukan sekedar menjawab “WHAT” melainkan akan menjawab pertanyaan “WHY” dan “HOW”. Singkatnya pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi. (Notoatmodjo, 1993). Pendapat lain menyatakan, ilmu adalah sistem pengetahuan di bidang tertentu yang bersifat umum, sistimatis, metodologis, logis, objektif, empiris, memuat dalil-dalil tertentu menurut kaidah umum, berguna untuk mencari kebenaran ilmiah yang kemudian akan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia. Ilmu juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang menjelaskan hubungan sebab akibat suatu objek yang diteliti berdasarkan metode tertentu, yang merupakan satu kesatuan sistematis. Sedangkan pengetahuan adalah bentukan pola pikir asosiatif antara pikiran dan kenyataan sebenarnya yang didasarkan pada kumpulan pengalaman sendiri maupun orang lain di suatu bidang tertentu tanpa memahami adanya hubungan sebab akibat yang hakiki dan universal (Alfandi, 2001). Pengetahuan belum dapat digolongkan sebagai ilmu, karena belum dapat menjelaskan pertanyaan: “mengapa”. Namun apabila pengetahuan mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode untuk mengkaji objek tersebut hingga memperoleh hasil yang tersusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu.

Sedangkan filsafat kajiannya tidak terbatas pada fakta saja melainkan jauh sampai di luar fakta sampai batas kemampuan logika manusia. Jika ilmu menjawab pertanyaan “WHY” dan “HOW”, maka filsafat menjawab pertanyaan “WHY and WHY and WHY” (Notoatmodjo, 1993).

Dahulu, saat perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat tahap peralihan dimana bidang kajian filsafat menjadi sektoral dan lebih sempit. Disini manusia tidak lagi berfikiran secara moral semata namun sudah mendasarkan pada kebutuhan hidup. Disini metode yang dipakai adalah normative dan deduktif (berifkir dari hal umum ke hal khusus) berdasarkan asas moral dan filsafat. Tahap selanjutnya ilmu menyatakan diri ototnom dari konsep filsafat dan berpedoman pada hakikat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan, ilmu masih mendasari pada norma sedangkan dalam tahap akhir, ilmu didasarkan pada penemuan-penemuan. Sehingga pola pikir manusia tidak lagi mempergunakan metode normatif – deduktif, melainkan kombinasi deduktif dan induktif (berfikir dari hal khusus ke hal yang umum) dengan menggunakan metode berupa pengujian hipotesis. Metode pemikiran ini yang kemudian dikenal sebagai “Metode Deducto-Hipotetico-Verifikatif” dan menjadi dasar pengembangan metode ilmiah. Teori lain mengatakan bahwa ilmu berkembang ke dalam tiga tahap yaitu : religious, metafisik, dan positif. Teori ini dikenalkan oleh August Conte (1798-1857). Dalilnya mengatakan bahwa tahap pertama pembentukan ilmu maka asas religi lah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah, sehingga ilmu merupakan deduksi dari ajaran religi. Dalam tahap kedua, manusia mulai berspekulasi dan berasumsi membuat hipotesis tentang metafisik (keberadaan) ujud yang jadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma religi, dan mengembangkan pengetahuan berdasarkan postulat metafisik tersebut (hipotetico). Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang objektif (verifikatif).

Untuk memahami hakikat ilmu terdapat beberapa istilah yang harus dipahami yaitu epistemologi, ontologi, metodologi dan aksiologi harus diketahui oleh para calon peneliti.

  1. Epistemologiadalah suatu teori tentang pengetahuan yang berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan dan metode keilmuan. Jadi epistemologi adalah pemanfaatan proseduer kerja untuk memperoleh pengetahuan yang benar dengan menggunakan metode ilmiah.
  2. Ontologiadalah apa yang ingin diketahui mencakup lingkup batas jati diri (being) dan keberadaan eksistensi penelaahan objek (sasaran) keilmuan dan penafsiran tentang hakekat kenyataan yang khas serta perubahan dari objek keilmuan.
  3. Metodologiadalah ilmu yang membicarakan metode-metode ilmiah yang meliputi: unsur dari metode ilmiah, langkah-langkah kerjanya, jenis-jenisnya sampai kepada batas-batas dari metode ilmiah.
  4. Aksiologiadalah nilai tujuan pemanfaatan dan penggunaan pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia.

DIMENSI DENGAN RISET

Saat ini kebenaran ilmiah perlu dicari karena dengan mendapatkan kebenaran ilmiah maka akan diperoleh kesesuaian atau kesamaan antara pikiran manusia dengan keadaan sebenarnya yang bersifat runtut (coherent, consistent), logis (logic), dan saling berhubungan (correspondence) yang membentuk sistem tertentu. Kebenaran ilmiah umumnya hanya dapat diperoleh dengan pendekatan metode ilmiah atau melakukan penelitian. Sekitar 99% diperoleh dengan keringat (kerja) dan hanya sekitar 1% yang diperoleh berdasarkan intuisi atau kebetulan.

Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Makna ilmu menunjukan sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu :

  1. Kumpulan pengetahuan (produk)

Ilmu sebagai prodeuk mempunyai arti kumoulan informasi yang telah teruji kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode ilmiah dan pemikiran logis (John G. Kemeny, 1961). Dengan demikian ilmu mempunyai struktur antara lain : paradigm, teori, konsep dan asumsi, variable dan parameter.

  1. Aktivitas ilmiah, proses berfikir ilmiah

Adalag cara mempelajari suatu realita dan upaya member penjelasan tentang suatu mekanisme (jawaban terhadap pertanyaan WHY dan HOW) (Charles Singer, 1954). Dengan demikian ilmu mempunyai karakteristik : Logico-emperical-verifikatif, generalized understanding, theoretical construction, information about why and how.

  1. Metode ilmiah (metode)

Merupakan metode untuk memperoleh oemgetahuan yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (Horold H Titus, 1964). Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola, dan untuk menegaskan bidang keilmuan seringkali disebut metode ilmiah. Metode ilmiah ini berkaitan erat dengan logika, metode penelitian, metode sampling, pengukuran, analisa, penulisan hasil dan kesimpulan. Proses metode ilmiah ini yang kita kenal sebagai proses riset atau penelitian. (http://nersimet.blogspot.com/)

Daftar Pustaka

  1. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
  2. Notoatmodjo, S. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka cipta.
[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: 

Leave a Reply