Nikmatnya Sate Pak Pong yang ada di Bantul, Eko Wiratno : Bikin Ketagihan! Maturnuwun Bu Endang Setyowati Dosen STIE YKP Yogyakarta.
BANTUL(Jaringan Arwira Media Group)– Kuliner salah satu wisata ikonik yang dimiliki Kota Yogyakarta, banyak kuliner legendaris yang dimiliki dan rasanya pun benar-benar lezat dan wah! Tidak lengkap kalau ke Yogya tidak mencicipi nikmatnya Sate Klathak. Salah satunya Sate Klathak Pak Pong yang sudah terkenal seantero negeri terutama pecinta kuliner sate.
Kamis, 1 Mei 2025 Bertepatan hari libur nasional(May Day) Pendiri EWRC Indonesia dan istri di dampingi Endang Setyowati dosen senior STIE YKP Yogyakarta berkempatan untuk menikmati Mantapanya Sate Pak Pong Pusat yang beralamat di Timur Stadion Sultan Agung Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Ditusuk pakai jeruji, bikin sate kambing lebih mantap!
Kalau kebanyakan sate ditusuk dengan lidi dari bambu, berbeda dengan Sate Klathak. Sate ini menggunakan jeruji sepeda untuk menusuk daging kambing yang akan dibakar di atas tungku arang.
Mungkin terdengar agak seram, tapi ini yang jadi ciri unik sate khas Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sensasi sate dengan jeruji sepeda ini juga yang membuat Eko Wiratno, pengunjung dari Klaten, penasaran dengan cita rasa sate tersebut.
“Kebetulan suka sekali dengan kuliner terutaa Sate. Setiap ke kota ini belum sempat mencicipi sate klathak, makin penasaran, karena katanya satenya pake jeruji sepeda. Rasanya wow mantap, gurih! ternyata dagingnya lebih empuk,” ujar Eko Wiratno
2. Nikmatnya sate kambing dimasak gurih dengan kuah gulai
Jeruji sepeda membuat daging kambing yang dibakar di atas tungku arang menjadi lebih cepat matang. Selain itu, bumbu yang dibalurkan juga lebih meresap dibandingkan saat dibakar dengan tusuk lidi.
Namun, cita rasa unik dari sate ini adalah disajikan dengan kuah gulai. Tidak seperti sate lainnya yang biasanya dibakar dengan dibalur bumbu kecap dan beberapa rempah-rempah. Makanya, tidak heran jika banyak pengunjung yang baru pertama kali mencicipi sate klathak terkejut dengan cara penyajiannya.
“Awalnya agak aneh, karena sate biasanya dilumeri kecap, rasanya manis. Nah, ini ternyata rasanya gurih, cenderung asin, ada kuahnya juga. Unik, sih, tapi ternyata enak,” Tambah Eko Wiratno.
Tidak heran, jika warung sate yang berlokasi di Jalan Stadion Sultan Agung, Bantul ini selalu menjadi kuliner wajib bagi para pelanggan setianya. Selain menu sate klathak, kamu juga bisa menikmati varian menu lain. Antara lain gulai kambing, tongseng, tengkleng, tongseng kepala kambing, atau sate biasa yang dibumbui kecap. Jangan lupa masukkan kuliner sate klathak Pak Pong Imogiri ke dalam daftar piknik kamu saat plesiran ke Yogyakarta.
Sejarah Sate Klathak
Mengutip dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia pencetus atau perintis dari Sate Klathak adalah seseorang bernama Mbah Ambyah. Ia berasal dari Jejeran, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Kabarnya menu sate tersebut sudah ada sejak Mbah Ambyah memulai usahanya sekitar tahun 1940an. Mbah Ambyah membuka warung satenya di bawah Pohon Melinjo dan buahnya disebut dengan Klathak. Sehingga Klathak tersebut yang sering jatuh dan bertebaran di sekitar warung sate milik Mbah Ambyah. Alhasil menu sate yang dijual oleh Mbah Ambyah mulai dikenal dengan nama Sate Klathak.
Selain itu istilah “Sate Klathak” kabarnya juga berasal dari bunyi yang dihasilkan ketika pemanggangan sate. Diketahui suara “tak..tak..tak..” yang dihasilkan menjadikan namanya dijuluki sebagai Sate Klathak. Keberadaan Sate Klathak pun mampu menjadi ciri khas tersendiri untuk kuliner di Kabupaten Bantul dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Menu makanan ini masuk dalam daftar makanan khas Yogyakarta yang sebelumnya identik dengan makanan Gudeg dan Bakpia.(**)